Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2010

Artikel-8

Artikel-8 The Dead of Journalism? Memperingati hari Pers Nasional 2010, 9 Februari Pengantar Sebuah pertanyaan menggelitik muncul dalam diskusi beberapa waktu lalu di sebuah komunitas pers, mengenai pers Indonesia: “Bagaimana membuat penerbitan yang laku? Apa ada resep ampuh?” Maka saya sebagai salah seorang pembicara menjawab: “Kenali dulu baik-baik siapa calon pembeli produk penerbitan Anda, siapa mereka dan apa maunya. Lalu layani mereka baik-baik. Itu pun kalau Anda mampu mengikuti terus selera dan keinginan mereka, karena di jaman sekarang selera dan kemauan itu terus berkembang, berubah dalam waktu cepat.” Ternyata pertanyaan dan jawaban itu sekaligus membuka diskusi hangat mengenai berbagai coreng-moreng mass media sekarang ini baik cetak maupun elektronik. Salah satu pertanyaan yang mencuat antara lain: “Gimana dong sama teori-teori yang kita dapat di bangku kuliah dulu?” Jawaban saya pendek: “Semua teori itu sudah kuno. Kita sendiri sekarang yang membikin teori itu. Pok

Senyum dikiiit

Senyum dikiiit - 7 Etiket 1 Kita harus memegang teguh etiket pergaulan. Kita dilarang berpamitan pulang kepada tuan rumah sebelum pesta usai. Sebaiknya kita menunggu hingga selesai dan membawa pulang sisa-sisa hidangannya! Etiket 2 Seorang pria masuk lalu duduk ke sebuah restoran. Ia lalu mengambil serbet dan mengikatkannya dengan rapi ke lehernya. Manajer restoran berkata kepada pelayan dengan serius: “Tolong tanya dengan hati-hati dan sesopan mungkin, apa yang diinginkan pria itu. Kita belum pernah mendapat tamu seperti itu.” Pelayan itu dengan patuh mendekati tamu penting itu lalu bertanya: “Mohon maaf Tuan, Anda ingin potong rambut atau cukur kumis dan janggut saja?
Artikel-8 The Dead of Journalism? Memperingati hari Pers Nasional 2010, 9 Februari Pengantar Sebuah pertanyaan menggelitik muncul dalam diskusi beberapa waktu lalu di sebuah komunitas pers, mengenai pers Indonesia: “Bagaimana membuat penerbitan yang laku? Apa ada resep ampuh?” Maka saya sebagai salah seorang pembicara menjawab: “Kenali dulu baik-baik siapa calon pembeli produk penerbitan Anda, siapa mereka dan apa maunya. Lalu layani mereka baik-baik. Itu pun kalau Anda mampu mengikuti terus selera dan keinginan mereka, karena di jaman sekarang selera dan kemauan itu terus berkembang, berubah dalam waktu cepat.” Ternyata pertanyaan dan jawaban itu sekaligus membuka diskusi hangat mengenai berbagai coreng-moreng mass media sekarang ini baik cetak maupun elektronik. Salah satu pertanyaan yang mencuat antara lain: “Gimana dong sama teori-teori yang kita dapat di bangku kuliah dulu?” Jawaban saya pendek: “Semua teori itu sudah kuno. Kita sendiri sekarang yang membikin teo
Mutiara Hati – 7 Penulis Adji Subela Bagian Ke-7 Acara ijab khabul berlangsung lancar, dan selesailah sudah pernikahan itu, sekarang kami sudah resmi sebagai suami-istri. Acara yang begitu sakral tersebut berlangsung sederhana sekali. Kami lantas berdoa bersama-sama dan tidak ada pesta. Kami hanya makan minum sekedarnya, lalu selesai sudah. Itu saja. Tidak seperti pengantin jaman sekarang yang begitu hebat pestanya, apalagi pada saat ini para muda itu senang mengadakan acara pre-wedding serta resepsi di hotel-hotel atau gedung-gedung yang bertarif mahal. Pernikahan kami sederhana dan murah, karena memang begitulah model acara pernikahan di jaman dahulu itu. Kendati diadakan di luar Istana, namun tata cara pernikahan tetap dilakukan seperti halnya para bangsawan Melayu menikah. Istri saya tidak dihadirkan dalam satu ruangan dengan saya, dan naib pun tidak pernah menanyakan kesediaan calon istri saya. Masalahnya, bila ditanyakan kepadanya apakah dia bersedia menikah dengan sa