Langsung ke konten utama

Orang Minang Turunan Iskandar Zulkarnain?




Oleh Adji Subela

Judul    : Minangkabau – Dari Dinasti Iskandar Zulkarnain Sampai Tuanku Imam Bonjol
Penulis            : Amir Sjarifoedin Tj.A.
Editor            : Asril Esden dan M. Yadi
Penerbit    : PT Gria Media, Jl. Pulogadung Raya No.15 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, Telepon (021) 4603973
Edisi            : Cetakan 1, 2012
Jumlah halaman    : xxvi + 551
Ukuran buku        : 15 x 22 cm

    Membicarakan Minangkabau nampaknya bakal mengungkap banyak hal. Dan yang paling menarik tentunya klaim bahwa suku ini masih keturunan Iskandar Zulkarnain (Alexander the Great). Dari mana pun asal usulnya, suku ini menoreh banyak catatan penting di sejarah Indonesia. Suku perantau ini menyebar ke berbagai daerah dan negara. Diaspora mereka membawa serta kebudayaan Minang dan Indonesia pada umumnya. Banyak tokoh berbagai bidang yang mencatatkan namanya di forum nasional maupun internasional. Bahkan dalam survai CNN mengenai makanan terlezat, maka rendang, yang sering dikaitkan dengan Minang, menempati urutan pertama.
    Penulis dari awal sudah mengatakan ia tidak menulis buku sejarah, tapi sekedar cerita, sebuah nostalgia mengenai kebudayaan Minangkabau (hlm.xxi). Ia bercerita mengenai alam Minangkabau (hlm.6 – 43), kemudian adatnya (hlm.55 – 84), sistem kekerabatannya (hlm.89 – 129), ikatan kemasyarakatnya (hlm. 131 – 160), kerajaan Minangkabau (hlm.163 – 170) dan lain-lain sampai 16 bab. Ia juga mengemukakan kenapa orang Minangkabau suka merantau. Pendek kata nyaris komplet. Kalau saja penulis menyertakan sejarah dan seluk-beluk masakan Minang yang terkenal sebagai produk budaya, akan lebih menarik.
    Cerita mengenai Minangkabau karya Amir Sjarifoedin Tj.A. ini disusun dari 292 buku rujukan, ditambah berbagai sumber lainnya, dapat menjadi informasi awal untuk meneliti lebih mendalam mengenai kebudayaan Minangkabau. Bagi pemula, “buku cerita” ini cukup mengasyikkan untuk dibaca, guna menambah pengetahuan kebudayaan suku-suku di tanah air.
Seperti bagian yang menarik mengenai klaim keturunan Iskandar Zulkarnain yang sudah disebutkan. Penulis menguraikan asal-usul kepercayaan itu, termasuk di dalam tambo Minang, serta penelitian Poortman. Klaim itu digambarkan berawal dari Sultan Djohan Djani, bajak laut yang berhasil menjadi penguasa Daya Pasai (1168 -  1204 M) (hlm.45). Bajak laut ini berasal dari Gujarat dari bapak orang Persia dan ibu orang Punjabi. Malahan Poortman mengatakan siapa saja orang Gujarat selalu mengaku keturunan Iskandar Zulkarnain. Penulis menambahkan Iskandar Zulkarnain tidak pernah menguasai Minangkabau (hlm.44).
Penulis juga mengungkap betapa ada penguasa Pasai berikutnya yaitu Sultan Malik Ul Mansur, yang pandai memalsu sejarah. Amir Sjarifoedin menyamakannya dengan Ki Gede Pemanahan dari Mataram yang memalsu sejarah keturunan. Penulis membeberkan putra Malik Ul Mansur yaitu Sultan Said Amanullah Perkasa Alam itulah yang menerapkan mitos dinasti Iskandar Zulkarnain di alam Minangkabau seperti kesimpulan Poortman pada akhirnya.
Jerih payah penulis untuk menyusun “buku cerita” ini patut dihargai. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minyak Srimpi

          Pada era 50-an tak banyak produk minyak wangi yang beredar di pasaran, terutama yang harganya terjangkau oleh mereka. Oleh karena itu, minyak pengharum badan itu banyak diproduksi perusahaan-perusahaan kecil guna memenuhi kebutuhan pasar akan pengharum. Oleh karena formulanya sederhana dan memakai bahan-bahan atau bibit minyak wangi yang terjangkau, maka dapat dikatakan hampir semua minyak wangi yang beredar waktu itu baunya nyaris seragam.           Satu merk yang popular pada saat itu, dan ternyata masih eksis hingga sekarang adalah minyak wangi cap Srimpi. Minyak ini dikemas dalam botol kaca kecil berukuran 14,5 ml, dengan cap gambar penari srimpi, berlatar belakang warna kuning.           Pada masa itu minyak Srimpi dipakai oleh pria maupun perempuan klas menengah di daerah-daerah. Baunya ringan, segar, minimalis, belum memakai formula yang canggih-canggih seperti halnya minyak wangi jaman sekarang.            Ketika jaman terus melaju, maka produk-produk

Nasi Goreng Madura di Pontianak

                Kurang dari dua tahun lalu, Imansyah bersama istrinya Siti Hamidah dan dua anaknya merantau ke Pontianak, Kalbar, dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Di kota muara Sungai Kapuas ini mereka tinggal di rumah seorang kerabatnya yang mengusahakan rumah makan nasi goreng (Nas-Gor) di Sui Jawi. Pasangan ini belajar memasak nasi goreng khas Madura. Akhirnya setelah memahami segala seluk-beluk memasak nasi goreng, ditambah pengalamannya berdagang di kampungnya dulu, Imansyah dan istrinya membuka rumah makan nasi gorengnya sendiri, diberi nama Rumah Makan Siti Pariha di Jalan S. A. Rahman.   Di sini mereka mempekerjakan dua orang gadis kerabatnya guna melayani langganannya. RM Siti Pariha menarik pembelinya dengan mencantumkan kalimat: Cabang Sui Jawi. Rumah makan yang terletak berderet dengan rumah makan khas masakan Melayu serta sate ayam Jawa ini buka dari pukul 16.00 petang hingga pukul 23.00 atau hingga dagangannya ludes. Setiap hari RM Siti Par

Pak RT ogah lagu Barat

                          Sudah lama Pak RT yang di serial Bajaj Bajuri selalu berpenampilan serba rapi, rada genit dan sedikit munafik tapi takut istri ini tak nampak dari layar kaca TV nasional. Sejak serial Bajaj Bajuri yang ditayangkan TransTV berhenti tayang, Pak RT yang bernama asli H. Sudarmin Iswantoro ini tidak muncul dalam serial panjang. Walaupun begitu ia masih sering nongol di layar kaca dengan peran yang nyaris tetap yaitu Ketua RT, Ketua RW, guru atau ustadz.             Di luar perannya sebagai Pak RT tempat si Bajuri (Mat Solar), dengan istrinya si Oneng (Rike Diah Pitaloka)   dan mertuanya yang judes plus licik (Hj. Nani Wijaya) berdomisili, H. Darmin (panggilannya sehari-hari yang resmi sedangkan merk-nya yang lain tentu saja “Pak RT”) adalah pria yang berpembawaan santun dan halus.             Barangkali pembawaannya itu dilatarbelakangi oleh pendidikannya sebagai seorang guru. Mengajar merupakan cita-citanya sejak kecil. Sebagai anak kelima