Langsung ke konten utama

Kepalsuan si Sexy Marilyn Monroe



           Siapa tak suka disuruh menemani bintang sexy Marilyn Monroe di tempat tidur? Apalagi bagi pemuda polos 24 tahunan yang pekerjaannya menjadi asisten (jelasnya pesuruh) sutradara terkenal?
           Siapa pun pastilah mau menuruti ajakan tersebut ketika mendiang bintang sexy itu sedang populer di dunia, sebelum skandal percintaannya dengan Presiden AS John F. Kennedy terungkap ke publik.
           Si anak haram yang menjadikan foto Abraham Lincoln sebagai ayahnya – karena bapak biologisnya tak jelas siapa dan ke mana adanya itu – sedang galau antara ketenarannya yang diciptakan oleh para cukong Hollywood dan kepribadiannya sendiri. Ia merasa dirinya dikelilingi kepalsuan tapi ia harus terus berjalan karena semuanya sudah terlalu jauh, dan asistennya menekankan, kalau Marilyn mundur maka mereka semua menganggur.
          Ketika Marilyn Monroe diajak Sir Laurence Olivier, aktor-sutradara-produser flm Inggris yang sedang moncer namanya waktu itu, untuk membintangi film produksinya, The Sleeping Prince, di Inggris, terjadi ketegangan. Akting Marilyn yang sebetulnya pas-pasan mengecewakan Sir Laurence Olivier (Larry), sementara si sexy merasa tekanan suasana dan tuntutan padanya terlalu besar.

Si Polos datang
           Maka saat seorang plonco yaitu si pesuruh Colin Clark datang dengan kepolosannya Marilyn langsung tertarik agar menemaninya. Colin sebenarnya putra profesor ahli sejarah berdarah biru, dan tinggal di kastil indah. Colin ingin berbuat sesuatu karena sebagai anak bungsu dia tak punya apa-apa yang dapat dibanggakan keluarganya. Ia menjadi pesuruh di studio milik Larry dengan gaji tak pernah dipersoalkannya. Pembuatan film menjadi dunia baru yang menarik hatinya.
           Di depan Colin, Marilyn dapat menjadi perempuan biasa.
Kau tak tahu bagaimana menjadi Marilyn Monroe,” keluh si sexy itu pada teman barunya mengenai rahasia di balik popularitasnya.
Tapi Tuan Miller mencintai Anda, ‘kan,” sanggah Colin.
Tidak, ia tak ingin menikah denganku. Ia selalu mengatakan keburukanku di buku hariannya,” jawab Marilyn. Pada kenyataannya dalam pembuatan film itu ia hamil muda, diperkirakan dengan Arthur Miller penulis beken yang menjadi pacarnya setelah tiga kali pernikahannya gagal.
          Kedekatan Marilyn dengan Colin membuat bintang sexy itu bangkit semangatnya dan bermain dengan lancar, memuaskan Larry yang disebut-sebut menaksirnya diam-diam. Kedekatan Colin pada Marilyn membuat Arthur Miller cemburu, begitu pula petugas kostum yang dipacari secara kilat oleh pemuda plonco itu.
          “Jangan terlalu dekat padanya, “ begitu nasihat supir Marilyn selama di Inggris, Roger. Kepolosan Colin-lah yang membangkitkan semangat hidup si bintang dan menjadikan Marilyn sebagai orang biasa yang tidak diselubungi kepura-puraan alias kepalsuan. Apakah Colin benar-benar “tidur” dengan Marilyn, tidak dijelaskan dalam film. Tapi gaya Hollywood si Marilyn yang dengan bebas bertelanjang ketika keluar dari kamar mandi dan berenang di hadapan Colin, memberi kesan “terjadi sesuatu”. Yang jelas film menuturkan mereka sering berciuman bibir.
          Ternyata Colin melupakan petuah si tua Roger. Ia kian terbenam, dan ketika film selesai ia harus menghadapi kenyataan bintang pujaan itu harus pulang ke AS. Adegan bagaimana Marilyn yang kecewa harus berpisah dengan pemuda simpatik itu cukup indah, yaitu close-up wajahnya di jendela Rolls Royce, dengan bayangan daun maple yang menguning di musim gugur berkelebatan, diiringi suara Nat King Cole membawakan lagu hitnya The Autumn Leaves.
           Colin kesepian dan mulai mencoba mengunjungi pub untuk melupakan kesedihannya. Adegan di sini juga manis, yaitu tatkala Colin duduk tepekur di bar dan pelayannya memandangnya penuh kesima seperti melihat malaikat. Begitu pula rupanya para pengunjung lainnya, seolah terpesona melihat ke arah Colin. Ternyata bukan pemuda sial itu yang membuat mereka terpaku, tapi perempuan muda yang berdiri di belakangnya yang mendekat tanpa ia ketahui yaitu si bintang sexy dunia: Marilyn Monroe.
           “Aku sebenarnya tak ingin berpamitan….,” tutur Marilyn.
           Ketika film itu sudah jadi dan diputar awal (preview) Sir Laurence Olivier puas akan hasilnya, apalagi Colin yang memiliki kenangan tak terlupakan di dalam pekerjaan pertamanya itu.
           Setelah pembuatan film tadi, Larry berperan sebagai Archie Rich dalam lakon The Entertainer di panggung Royal Court Theater dan sukses. Setelah proyek film The Prince and The Showgirl tersebut, Marilyn bermain dalam Some Like It Hot, film komedinya yang termasuk laris.
          Sedangkan Colin Clark belakangan menjadi pembuat film dokumenter yang berhasil di Inggris, dan penulis yang sukses. Tahun 1995 ia menuliskan memoarnya tentang selama seminggu menemani Marilyn Monroe dengan judul The Prince, The Show Girl, And Me. Dari buku ini film dibuat.
           Film garapan sutradara Simon Curtis tersebut cukup enak ditonton sebagai film drama, apalagi bila kita tahu film tersebut buatan Inggris yang berbeda dengan dar-der-dor Hollywood. Gambarnya apik, di bawah arahan Ben Smithard. Gambar yang paling bagus adalah dalam scene di mana Colin dan Marilyn duduk di kamar dan berlatarbelakang halaman rumah besar di musim gugur. Cara penyinaran di dalam (indoor) dan di luar (outdoor) sangat serasi, indah. Begitu pula adegan bergerak di kaca mobil seperti disampaikan sebelumnya. Semuanya tercapai dengan film Kodak yang menjadi andalannya.
           Naskah adaptasi dari buku kenangan Colin Clark ditulis dengan lancar oleh Adrian Hodges.
           Peran sebagai Sir Laurence Olivier dibawakan oleh aktor serba bisa kelahiran Belfast, Irlandia, yaitu Kenneth Branagh yang dinominasikan sebagai Peran Pembantu Pria Terbaik dalam Oscar 2012 tapi kalah oleh aktor asal Kanada, Christopher Plummer.
           Pemeran Marilyn Monroe dibawakan oleh Michelle Williams yang juga dinominasikan sebagai Pemeran Utama Perempuan Terbaik, namun kalah oleh Meryl Streep yang tampil prima sebagai PM Margaret Thatcher.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minyak Srimpi

          Pada era 50-an tak banyak produk minyak wangi yang beredar di pasaran, terutama yang harganya terjangkau oleh mereka. Oleh karena itu, minyak pengharum badan itu banyak diproduksi perusahaan-perusahaan kecil guna memenuhi kebutuhan pasar akan pengharum. Oleh karena formulanya sederhana dan memakai bahan-bahan atau bibit minyak wangi yang terjangkau, maka dapat dikatakan hampir semua minyak wangi yang beredar waktu itu baunya nyaris seragam.           Satu merk yang popular pada saat itu, dan ternyata masih eksis hingga sekarang adalah minyak wangi cap Srimpi. Minyak ini dikemas dalam botol kaca kecil berukuran 14,5 ml, dengan cap gambar penari srimpi, berlatar belakang warna kuning.           Pada masa itu minyak Srimpi dipakai oleh pria maupun perempuan klas menengah di daerah-daerah. Baunya ringan, segar, minimalis, belum memakai formula yang canggih-canggih seperti halnya minyak wangi jaman sekarang.            Ketika jaman terus melaju, maka produk-produk

Nasi Goreng Madura di Pontianak

                Kurang dari dua tahun lalu, Imansyah bersama istrinya Siti Hamidah dan dua anaknya merantau ke Pontianak, Kalbar, dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Di kota muara Sungai Kapuas ini mereka tinggal di rumah seorang kerabatnya yang mengusahakan rumah makan nasi goreng (Nas-Gor) di Sui Jawi. Pasangan ini belajar memasak nasi goreng khas Madura. Akhirnya setelah memahami segala seluk-beluk memasak nasi goreng, ditambah pengalamannya berdagang di kampungnya dulu, Imansyah dan istrinya membuka rumah makan nasi gorengnya sendiri, diberi nama Rumah Makan Siti Pariha di Jalan S. A. Rahman.   Di sini mereka mempekerjakan dua orang gadis kerabatnya guna melayani langganannya. RM Siti Pariha menarik pembelinya dengan mencantumkan kalimat: Cabang Sui Jawi. Rumah makan yang terletak berderet dengan rumah makan khas masakan Melayu serta sate ayam Jawa ini buka dari pukul 16.00 petang hingga pukul 23.00 atau hingga dagangannya ludes. Setiap hari RM Siti Par

Pak RT ogah lagu Barat

                          Sudah lama Pak RT yang di serial Bajaj Bajuri selalu berpenampilan serba rapi, rada genit dan sedikit munafik tapi takut istri ini tak nampak dari layar kaca TV nasional. Sejak serial Bajaj Bajuri yang ditayangkan TransTV berhenti tayang, Pak RT yang bernama asli H. Sudarmin Iswantoro ini tidak muncul dalam serial panjang. Walaupun begitu ia masih sering nongol di layar kaca dengan peran yang nyaris tetap yaitu Ketua RT, Ketua RW, guru atau ustadz.             Di luar perannya sebagai Pak RT tempat si Bajuri (Mat Solar), dengan istrinya si Oneng (Rike Diah Pitaloka)   dan mertuanya yang judes plus licik (Hj. Nani Wijaya) berdomisili, H. Darmin (panggilannya sehari-hari yang resmi sedangkan merk-nya yang lain tentu saja “Pak RT”) adalah pria yang berpembawaan santun dan halus.             Barangkali pembawaannya itu dilatarbelakangi oleh pendidikannya sebagai seorang guru. Mengajar merupakan cita-citanya sejak kecil. Sebagai anak kelima